Beranda | Artikel
Hadits Arbain Ke 22 - Cara Agar Masuk Surga
Selasa, 22 September 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin

Hadits Arbain Ke 22 – Cara Agar Masuk Surga merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 04 Shafar 1442 H / 22 September 2020 M.

Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi

Status program kajian Hadits Arbain Nawawi: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download juga kajian sebelumnya: Hadits Arbain Ke 21 – Hadits Tentang Istiqamah

Kajian Hadits Arbain Ke 22 – Cara Agar Masuk Surga

Pada pertemuan yang terakhir telah kita bahas bersama hadits nomor 21, hadits Sufyan bin ‘Abdillah Ats-Tsaqafi Radhiyallahu ‘Anhu tentang pentingnya istiqamah setelah iman. Inilah wasiat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk beliau, mengucapkan dan mengikrarkan keimanan kemudian istiqamah.

Pada kesempatan sore hari ini kita akan berpindah ke hadits nomor 22, yaitu hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu. Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala mengatakan:

عَنْ أَبيْ عَبْدِ اللهِ جَابِرِ بنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيِّرَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “أَرَأَيْتَ إِذا صَلَّيْتُ المَكْتُوبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الحَلاَلَ، وَحَرَّمْتُ الحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلى ذَلِكَ شَيئاً أَدْخُلُ الجَنَّةَ؟ قَالَ: نَعَمْ”رَوَاهُ مُسْلِمٌ

وَمَعْنَى حَرَّمْتُ الحَرَامَ اِجْتَنَبْتُهُ، وَمَعْنَى أَحْلَلْتُ الحَلالَ فَعَلْتُهُ مُعْتَقِداً حِلَّهُ

“Diriwayatkan dari Abu ‘Abdillah Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwasannya seorang pria bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mengatakan: ‘Kabarkan kepadaku Wahai Rasulullah, kalau saya sudah shalat yang wajib, sudah berpuasa pada bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, dan saya tidak menambah sedikit pun diatas itu, apakah saya akan masuk surga?’

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: ‘Iya`” (HR. Muslim)

Dan arti “menghalalkan yang halal” adalah mengerjakannya dengan meyakini kehalalannya. Sedangkan arti “mengharamkan yang haram” adalah meninggalkan perkara-perkara yang haram. Demikian Imam An-Nawawi menyampaikan hadits ini.

Jabir bin ‘Abdillah

Hadits ini diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma. Beliau adalah Jabir bin ‘Abdillah bin ‘Amr bin Haram Al-Anshari Al-Khajraji. Beliau berasal dari kota Madinah, termasuk anshar yang membantu dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau hijrah ke sana.

Dan di sini An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala mengatakan: “Radhiyallahu ‘Anhuma”, semoga Allah meridhai keduanya (beliau dan ayah handa beliau). Jabir adalah salah seorang sahabat junior, sementara ayahanda beliau adalah sahabat senior yang wafat pada perang uhud.

Dan Jabir bin ‘Abdillah sudah masuk Islam ketika beliau masih muda, bahkan ketika beliau masih kecil, yaitu dalam kejadian baiatul aqabah ats-tsaniyah. Dan kemudian ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hijrah ke kota Madinah, beliau ikut membantu dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau ikut dalam semua perang yang diikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kecuali perang badar dan perang uhud. Karena beliau memiliki sembilan saudari perempuan.

Saat perang uhud dan perang badar ini, Ayahada beliau melarang beliau untuk ikut karena beliau harus menjaga sembilan orang saudari beliau. Maka beliau pun tidak berangkat ke perang uhud dan badar, dan ternyata di perang uhud Ayahanda beliau syahid bersama 70 sahabat lain. Baru setelah itu Jabir bin ‘Abdillah mengikuti semua peperangan yang diikuti oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Beliau juga termasuk salah satu sahabat dengan riwayat hadits paling banyak, ini menunjukkan kedekatan beliau kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan beliau wafat pada tahun 78 Hijriyah.

Penjelasan hadits Arbain ke-22

Dalam hadits ini, Jabir bin ‘Abdillah menyampaikan bahwasanya ada seorang pria yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam sebagian riwayat hadits yang lain disebutkan bahwasanya orang yang bertanya ini adalah An-Nu’man bin Qauqal Radhiyallahu ‘Anhu, tentunya sahabat juga karena berjumpa langsung dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Beliau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Wahai Rasulullah, kabarkan kepada saya apakah kalau saya sudah mengerjakan shalat yang wajib, melakukan puasa yang wajib (puasa Ramadhan), menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, apakah saya akan masuk surga?”

Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Iya, engkau akan masuk surga.”

Hal ini menunjukkan bahwasanya orang yang sudah mengerjakan perkara-perkara yang wajib dan meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak menambah sesuatu pun dari yang sunnah-sunnah sebagaimana yang kita pahami dari perkataan An-Nu’man bin Qauqal ini, beliau mengatakan: “Dan aku tidak menambah sedikit pun diatas amalan-amalan itu,” yaitu  mengerjakan yang wajib-wajib dan yang meninggalkan yang haram-haram. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Iya, engkau akan masuk surga.”

Hal ini yang dimaksudkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam FirmanNya, surah Fatir ayat 22:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّـهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ ﴿٣٢﴾

Kemudian Kami wariskan kitab Al-Qur’an kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari hamba-hamba Kami, maka di antara mereka ada orang yang mendzalimi dirinya sendiri dan ada di antara mereka yang tengah-tengah, dan ada sebagian dari mereka yang unggul dengan kebaikan-kebaikan dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan itu adalah kemenangan yang sungguh besar.” (QS. Fatir[35]: 32)

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala membagi umat manusia kepada tiga kelompok, yaitu:

Yang pertama, orang-orang yang mendzalimi dirinya sendiri. Ini adalah kelompok yang masih meninggalkan yang wajib-wajib, juga masih mengerjakan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini mendzalimi diri sendiri, karena kedzaliman adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Yang seharusnya menjadi kewajiban malah tidak dilakukan, sedangkan yang seharusnya dihindari malah dikerjakan, ini mendzalimi diri sendiri. Karena akibat perbuatan ini akan kembali kepada dirinya sendiri. Allah sama sekali tidak berkurang kuasanya, Allah tidak berkurang wibawanya, semua akibat dari kedzaliman itu akan ditanggung oleh hamba itu sendiri.

Yang kedua, orang yang sedang-sedang atau tengah-tengah, dia mencukupkan diri dengan yang wajib-wajib, juga tidak menambah amalan-amalan yang sunnah, tapi dia juga meninggalkan semua yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang ketiga, orang-orang yang unggul dengan berbagai kebaikan, orang-orang yang tidak hanya mencukupkan diri dengan amalan-amalan wajib saja, tapi mereka juga menambah dengan yang sunnah-sunnah, mereka meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,  semua yang hukumnya haram bahkan juga menambah dengan meninggalkan yang makruh-makruh atau yang mubah karena kekhawatiran mereka kalau seandainya yang mubah itu nanti malah menarik mereka kepada yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jadi ada tiga kelompok hamba Allah, tentunya yang paling utama adalah yang mengerjakan yang wajib-wajib kemudian juga menambah dengan yang sunnah-sunnah. Kemudian yang kedua adalah yang muqtashid, yang ketiga adalah yang mendzalimi dirinya sendiri.

Dan karakter yang disebutkan dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah adalah karakter yang kedua, yaitu muqtashid. Mereka yang mencukupkan diri dengan amalan-amalan yang wajib tanpa menambah dengan amalan-amalan sunnah, kemudian ditambah dengan meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang seperti ini adalah muqtashid dan hal itu cukup untuk membuat seseorang masuk ke dalam surga.

Jadi, dalam hadits ini dijelaskan bahwasanya kalau seseorang mencukupkan diri dengan hal-hal yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, beribadah cukup dengan amalan-amalan yang wajib saja tanpa menambah yang sunnah-sunnah, kemudian ditambah dengan meninggalkan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka itu sudah cukup untuk membuat seseorang masuk ke dalam surga. Bahkan dengan nash dari Rasulullah, beliau langsung memberikan stempel ini.

Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan lengkapnya..

Download mp3 Kajian Hadits Arbain Ke 22 – Cara Agar Masuk Surga

Lihat juga: Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49080-hadits-arbain-ke-22-cara-agar-masuk-surga/